(0271) 2931667
diskominfosp@surakarta.go.id

03-08-2025

WIB

Vinta Aulia G

01-08-2025

 14:25:41 WIB
Inspektur Kota Surakarta Tekankan Sinergi APIP dan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Korupsi
Icon

KOMINPOD episode ke-17 mengangkat tema strategis “Sinergitas APIP dan Masyarakat dalam Pencegahan Korupsi”. Dalam episode ini, Arif Darmawan selaku Inspektur Kota Surakarta, mengungkapkan pentingnya peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dalam menjaga integritas pelaksanaan pemerintahan, sekaligus mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif dalam upaya pencegahan tindak korupsi.

APIP memiliki tiga fungsi utama, yaitu consulting, quality assurance, dan pengawasan. Arif menjelaskan bahwa saat ini fungsi konsultatif lebih dikedepankan. "Kami hadir untuk mendampingi perangkat daerah saat melaksanakan kegiatan, memberikan saran dan masukan agar setiap langkah yang diambil sesuai dengan regulasi yang berlaku,” jelasnya.

Sementara itu, fungsi quality assurance atau penjaminan mutu menjadi kunci untuk memastikan pelaksanaan program pemerintah telah sejalan dengan perencanaan dan tujuan awal. “Tujuannya agar kegiatan OPD tetap berada di jalur yang benar, tidak menyimpang, dan bisa dipertanggungjawabkan,” tambah Arif.

Dalam konteks yang lebih luas, Arif menyoroti tren korupsi yang kian kompleks dengan nilai kerugian negara yang sangat besar. Hal ini mendorong APIP untuk terus menguatkan perannya sebagai pengawal integritas internal, sekaligus membangun kesadaran kolektif di kalangan birokrasi dan masyarakat.

Lebih lanjut, Arif memaparkan adanya Survei Penilaian Integritas (SPI) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang mengukur persepsi terhadap integritas layanan publik melalui tiga dimensi yaitu Eksternal expert yang melibatkan akademisi, jurnalis, advokat, kejaksaan, dan profesi profesional lainnya. Lalu Masyarakat umum, sebagai pengguna layanan publik, dan Internal birokrasi, yang rawan bias jika tidak dibarengi dengan pendidikan antikorupsi yang memadai.

“Kita masih sering menemui budaya memberi sesuatu saat perayaan hari besar kepada pejabat, yang sesungguhnya termasuk gratifikasi,” ujar Arif. Ia menekankan pentingnya pemahaman bahwa aparatur pemerintah telah difasilitasi negara dengan cukup, sehingga tidak pantas lagi menerima pemberian dalam bentuk apa pun.

Sebagai langkah konkret, Inspektorat Kota Surakarta telah membentuk API (Aparat Penegak Integritas) dan menggagas program PAKSI (Penyuluh Antikorupsi) yang melibatkan masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan guru. Selain itu, ke depan akan dibentuk Duta Pelajar Antikorupsi dan Sekolah Berintegritas sebagai upaya menanamkan nilai-nilai antikorupsi sejak dini.

"korupsi adalah suatu kejahatan yang tidak hanya merugikan kita tetapi juga generasi yang akan datang, karena akan merusak ekosistem dari kehidupan kita. Oleh karena itu, pencegahan harus menjadi prioritas bersama" pungkas Arif.


KOMINPOD’s 17th episode highlights a strategic theme: “Synergy Between APIP and the Public in Corruption Prevention.” In this episode, Arif Darmawan, Inspector of the City of Surakarta, stressed the crucial role of the Government Internal Supervisory Apparatus (APIP) in maintaining the integrity of government operations while inviting the public to take an active part in preventing corruption.

APIP has three main functions: consulting, quality assurance, and supervision. Arif explained that currently, the consultative function is being prioritized. “We are present to assist regional apparatuses during the implementation of their programs, offering suggestions and input so that every step aligns with existing regulations,” he said.

The quality assurance function is also essential to ensure that government programs are carried out in accordance with their initial plans and objectives. “The goal is to keep OPD activities on the right track, free from deviation, and accountable,” Arif added.

In a broader context, Arif highlighted that corruption trends are becoming increasingly complex and involve significant state losses. This pushes APIP to strengthen its role as an internal integrity guard and foster collective awareness among both bureaucrats and the public.

Furthermore, Arif explained the Integrity Assessment Survey (SPI) conducted by the Corruption Eradication Commission (KPK), which measures perceptions of public service integrity through three dimensions: external experts (such as academics, journalists, lawyers, prosecutors, and other professionals), the general public as service users, and internal bureaucracy, which is prone to bias if not supported by adequate anti-corruption education.

“We still often see the practice of giving gifts to officials during holidays, which actually constitutes gratuity,” said Arif. He emphasized the importance of understanding that government officials are sufficiently facilitated by the state and therefore should not accept any form of gift.

As a concrete measure, the Surakarta Inspectorate has formed the Integrity Enforcement Apparatus (API) and launched the Anti-Corruption Educator Program (PAKSI), involving the general public, students, university youth, and teachers. In the future, there are plans to establish Anti-Corruption Student Ambassadors and Integrity Schools to instill anti-corruption values from an early age.

“Corruption is a crime that harms not only us, but also future generations, as it damages the ecosystem of our society. Therefore, prevention must be a shared priority,” Arif concluded.


KOMINPOD episode kaping-17 nyawisake tema strategis “Sinergitas APIP lan Masyarakat ing Upaya Pencegahan Korupsi.” Ing kesempatan punika, Arif Darmawan minangka Inspektur Kitha Surakarta ngetingalaken yèn peranipun Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) punika wigati sanget kanggé njagi integritas pelaksanaan pamaréntahan, sarta ngajak masyarakat kanggé mèlu andil aktif nyegah tindak korupsi.

APIP gadhah tiga fungsi utama, inggih punika fungsi konsultatif, penjaminan mutu (quality assurance), lan pengawasan. Miturut Arif, fungsi konsultatif langkung dipun utamakaken. “Kula rawuh nyarengi para perangkat daerah nalikanipun nindakaken kegiyatan, paring saran saha masukan supados saben langkah saged selaras kaliyan aturan ingkang lumampah,” panjenenganipun ngendika.

Fungsi quality assurance ugi dados kunci supados pelaksanaan program pemerintah saged selaras kaliyan rencana lan tujuwan awal. “Tujuwanipun supados kegiyatan OPD saged tetep ing jalur ingkang leres, boten nyimpang, lan saged dipun tanggungjawabaken,” tambahipun.

Ing konteks langkung amba, Arif ugi nyorot pola korupsi ingkang saya rumit kanthi nilai kerugian nagara ingkang ageng. Menika ndadosaken APIP terus ngiyataken peranipun dados penjaga integritas internal, lan mbangun kesadaran kolektif wonten ing kalangan birokrasi lan masyarakat.

Salajengipun, Arif nyariyosaken gegayutan kaliyan Survei Penilaian Integritas (SPI) saking Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ingkang ngukur persepsi babagan integritas layanan publik ngagem tiga dimensi: ahli eksternal kados dosen, wartawan, pengacara, lan profesi profesional sanèsipun; masyarakat umum; lan internal birokrasi ingkang rentan tumrap bias menawi boten dipun iringi pendidikan antikorupsi ingkang cekap.

“Kita taksih asring manggihi budaya maringi barang nalika dinten-dinten ageng dhateng pejabat, padahal punika kalebet gratifikasi,” ngendikanipun Arif. Panjenenganipun negesaken yèn para aparatur pamaréntahan sampun dipunfasilitasi déning nagara kanthi cekap, saéngga boten pantes nampi wewaton ing bentuk punapa kemawon.

Minangka langkah nyata, Inspektorat Kitha Surakarta sampun mbentuk API (Aparat Penegak Integritas) saha gagasan program PAKSI (Penyuluh Antikorupsi) ingkang nyakup masyarakat umum, siswa, mahasiswa, lan para guru. Ing tembe, ugi badhé dipun bentuk Duta Pelajar Antikorupsi lan Sekolah Berintegritas kanggé nandur nilai-nilai antikorupsi wiwit alit.

“Korupsi punika dudu namung nyilakani kita, nanging ugi generasi sabanjuré, amargi saged ngrusak ekosistem gesang kita. Awit saking punika, nyegah korupsi kedah dados prioritas bebarengan,” panutupipun Arif.