01-10-2025
WIB
Vinta
26-09-2025
11:28:01 WIBKOMINPOD Episode ke-23 mengangkat tema “Management Penanggulangan Bencana”. Kali ini menghadirkan narasumber RA. Ari Yeppi Kusumawati, SE., M.Si., Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta, untuk membahas peran penting sekretariat dalam menghadapi berbagai potensi bencana di Kota Solo.
Menurut Ari Yeppi, sekretaris pelaksana adalah jantung organisasi. Tugasnya tidak hanya mengurusi administrasi dan pengelolaan dokumen, tetapi juga menuntut kesigapan di lapangan.
“Tugas utama kami bukan hanya saat bencana terjadi, melainkan sejak pra-bencana. Kami melakukan kajian, rekonstruksi, hingga penyusunan dokumen pendukung. Proses ini tidak bisa dilakukan secara instan,” jelasnya.
Sebagai lembaga yang bersifat lex specialis (khusus), BPBD Surakarta dituntut memiliki ketangguhan, tanggung jawab, dan kesiapsiagaan tinggi. Ari menegaskan, BPBD bukan sekadar lembaga administratif, melainkan garda terdepan dalam manajemen risiko dan mitigasi bencana.
Masyarakat Solo mungkin mengenal BPBD hanya saat bencana, padahal unit ini juga menyediakan berbagai layanan publik, antara lain:
Ambulans dan mobil jenazah gratis.
Truk tangki air bersih saat musim kemarau, meski sering menghadapi kendala sarana, prasarana, dan akses air.
Simulasi kebencanaan, seperti simulasi gempa di Paragon Mall yang dihadiri Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta.
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana, yang memberikan edukasi ke sekolah-sekolah untuk mengantisipasi bencana sesuai jadwal BPBD.
Asesmen dan pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) agar aman bagi lingkungan.
Seluruh layanan dapat diakses langsung oleh masyarakat dengan mendatangi kantor BPBD Kota Surakarta.
Ari menekankan bahwa BPBD bukan lembaga asuransi atau pemberi ganti rugi. Bantuan yang diberikan hanya berupa stimulan, baik material maupun dukungan logistik, untuk membantu masyarakat yang terdampak.
“Kami tidak bisa mengekspos secara detail data kerugian atau kerusakan. Peran kami lebih pada fasilitasi dan koordinasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan,” ujarnya.
Keberhasilan penanggulangan bencana tidak hanya bergantung pada pemerintah. Keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan, baik pada tahap pra-bencana melalui kesiapsiagaan, maupun pada tahap pasca-bencana melalui pemulihan lingkungan.
Wali Kota Surakarta juga mengajak warga untuk terus membangun rasa persaudaraan, kenyamanan, dan kepedulian. Edukasi ke sekolah-sekolah menjadi langkah penting untuk menanamkan kesadaran sejak dini.
KOMINPOD Episode 23 raised the theme “Disaster Management.” This time, the session presented RA. Ari Yeppi Kusumawati, SE., M.Si., Executive Secretary of the Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Surakarta, who explained the crucial role of the secretariat in facing potential disasters in Solo City.
According to Ari Yeppi, the executive secretary is the heart of the organization. The responsibilities are not limited to administration and document management but also demand readiness in the field.
“Our main tasks are not only during a disaster but also before it occurs. We conduct studies, reconstruction, and prepare supporting documents. These processes cannot be done instantly,” she explained.
As a lex specialis institution, BPBD Surakarta is required to be resilient, responsible, and highly prepared. Ari emphasized that BPBD is not merely an administrative body but the frontline in risk management and disaster mitigation.
Many people know BPBD only during disasters, while in fact, it provides several public services, such as:
Free ambulance and hearse services.
Clean water tank trucks during droughts, though often facing infrastructure and water access challenges.
Disaster simulations, such as an earthquake drill at Paragon Mall attended by the Mayor and Deputy Mayor of Surakarta.
The Disaster-Safe Education Unit Program, which delivers disaster preparedness education to schools according to BPBD’s schedule.
Assessment and management of hazardous and toxic waste (B3) to ensure environmental safety.
These services can be accessed directly by visiting the BPBD Surakarta office.
Ari underlined that BPBD is not an insurance provider or compensation agency. The assistance given is only in the form of stimulants, whether material or logistical, to help affected communities.
“We cannot expose detailed data on losses or damages. Our role is more about facilitation and coordination with the community and stakeholders,” she stated.
Successful disaster management does not rely solely on the government. Community participation is essential, both in the pre-disaster stage through preparedness and in the post-disaster stage through environmental recovery.
The Mayor of Surakarta also invites residents to build brotherhood, comfort, and care. Education in schools is seen as a crucial step to instill awareness from an early age.
KOMINPOD Episode kaping 23 ngangkat tema “Manajemen Penanggulangan Bencana.” Ing kesempatan iki, RA. Ari Yeppi Kusumawati, SE., M.Si., Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surakarta, nerangake babagan peran penting sekretariat ing ngadhepi potensi bencana ing kutha Solo.
Miturut Ari Yeppi, sekretaris pelaksana iku jantungé organisasi. Tugasé ora mung ngurus administrasi lan dokumen, nanging uga kudu sigap ana ing lapangan.
“Tugas utama ora mung wektu bencana kedadeyan, nanging wiwit sadurunge bencana. Kita nindakake kajian, rekonstruksi, nganti nyiapke dokumen pendukung. Proses iki ora bisa rampung kanthi instan,” ujare.
Minangka lembaga sing sifaté lex specialis, BPBD Surakarta dituntut supaya tangguh, tanggung jawab, lan siap siaga. Ari negesake, BPBD dudu mung lembaga administratif, nanging garis ngarep ing manajemen risiko lan mitigasi bencana.
Warga Solo kerep ngerti BPBD mung nalika ana bencana, nanging sejatiné BPBD uga nyedhiyakake layanan umum, antarané:
Ambulans lan mobil jenazah gratis.
Truk tangki banyu resik nalika mangsa ketiga, senajan kerep ngalami kendala sarana lan akses banyu.
Simulasi kebencanaan, umpamané simulasi gempa ing Paragon Mall sing diadhepi Walikota lan Wakil Walikota Surakarta.
Program Satuan Pendidikan Aman Bencana, sing maringi edukasi ing sekolah-sekolah kanggo nyegah bencana miturut jadwal BPBD.
Asesmen lan pengelolaan limbah B3 (bahan mbebayani lan beracun) supaya aman tumrap lingkungan.
Kabèh layanan kuwi bisa diakses langsung dening masyarakat kanthi sowan menyang kantor BPBD Surakarta.
Ari negesake manawa BPBD dudu lembaga asuransi utawa sing menehi ganti rugi. Bantuan sing diwenehake mung wujud stimulan, kaya material utawa dukungan logistik, kanggo nulungi masyarakat sing kena dampak.
“Kita ora bisa nerangake rinci data kerugian utawa karusakan. Peran kita luwih marang fasilitasi lan koordinasi karo masyarakat lan pemangku kepentingan,” ujare maneh.
Kasuksesan penanggulangan bencana ora mung gumantung marang pamaréntah. Keterlibatan masyarakat banget dibutuhake, wiwit pra-bencana liwat kesiapsiagaan, nganti pasca-bencana liwat pemulihan lingkungan.
Walikota Surakarta uga ngajak warga supaya terus mbangun rasa paseduluran, kenyamanan, lan kepedulian. Edukasi ing sekolah-sekolah dadi langkah penting kanggo nandur kesadaran wiwit cilik.