
Surakarta, 5 Mei 2025 — Pemerintah Kota Surakarta terus mendorong optimalisasi pengelolaan website kelurahan sebagai bagian dari penguatan tata kelola pemerintahan yang berbasis wilayah. Salah satu fokus utama adalah pentingnya menampilkan profil digital kelurahan yang informatif, terstruktur, dan menarik untuk dibaca masyarakat.
Kegiatan ini diselenggarakan di Balai Manganti Praja, Kompleks Balai Kota Surakarta, dan dihadiri oleh perwakilan kelurahan, kecamatan, serta perangkat daerah terkait. Dalam acara tersebut, narasumber utama Irjanto Yudha Andika, S.STP, MAP, dari Bagian Tata Pemerintahan Setda Surakarta, menekankan pentingnya sinkronisasi antara data Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel) dengan data sektoral wilayah.
“Mimpi besar kita adalah dashboard Solodata bisa hadir di kelurahan. Jika aset infrastruktur dan data pegawai bisa terintegrasi, maka beban kerja akan berkurang dan tujuan administrasi pemerintahan berbasis elektronik dapat tercapai,” tegas Irjanto.
Saat ini, dari 5.834 kelurahan secara nasional, hanya Kelurahan Pucangsawit di Surakarta yang berhasil mencapai kategori swasembada. Sementara 35 kelurahan berada pada level swakarya, dan 18 lainnya masih dalam kategori swadaya. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan data Prodeskel masih perlu ditingkatkan untuk mendukung pengenalan potensi wilayah dan percepatan pembangunan kelurahan.
Epi Priyanto, SST, M.Si, sebagai narasumber kedua, menekankan pentingnya penyajian data secara visual melalui tabel, grafik, dan infografis. Menurutnya, data yang ditampilkan pada website kelurahan harus komunikatif, mudah dibaca, dan menarik, agar masyarakat lebih memahami kondisi wilayahnya.
Epi juga menyebutkan bahwa komponen Satu Data Indonesia terdiri dari tiga jenis data utama: data statistik, data keuangan, dan data geospasial.
Namun, tantangan besar masih dihadapi. Beberapa di antaranya adalah kualitas data Prodeskel yang masih rendah, belum menjadi budaya kerja yang terintegrasi dalam perencanaan seperti Musrenbang, serta minimnya kolaborasi antar OPD, kecamatan, dan kelurahan. Untuk itu, diperlukan pelatihan rutin, penguatan peran kecamatan sebagai pembina, serta pembentukan forum data wilayah yang mampu mengatur standarisasi sumber data secara bertahap.
Sebagai solusi jangka panjang, Pemkot Surakarta juga tengah mengembangkan aplikasi “Solodata” yang akan menjadi pendamping Prodeskel dalam kegiatan monitoring dan evaluasi. Aplikasi ini diharapkan dapat mendorong komunikasi dua arah antara perangkat daerah dan realitas lapangan di kelurahan.
“Kelurahan adalah ujung tombak pemerintahan. Ketika datanya kuat dan terintegrasi, maka pembangunan akan lebih efisien dan terarah,” tutup Irjanto.
Surakarta, May 5, 2025 — The Surakarta City Government continues to encourage the optimization of village website management as part of strengthening territorial-based governance. One of the main focuses is the importance of displaying an informative, structured, and engaging digital profile of the village for public readership.
This event was held at the Manganti Praja Hall, Surakarta City Hall Complex, and was attended by representatives from villages, sub-districts, and relevant regional offices. During the event, the main speaker, Irjanto Yudha Andika, S.STP, MAP, from the Governance Division of the Surakarta City Secretariat, emphasized the importance of synchronizing the Village and Sub-district Profile Data (Prodeskel) with sectoral data.
“Our big dream is for the Solodata dashboard to be present in every village. If infrastructure assets and employee data can be integrated, the workload will decrease, and the goals of electronic-based government administration can be achieved,” emphasized Irjanto.
Currently, out of 5,834 villages nationwide, only Pucangsawit Village in Surakarta has achieved the self-sufficiency category. Meanwhile, 35 villages are at the self-reliant level, and 18 others are still in the self-help category. This indicates that the utilization of Prodeskel data still needs to be improved to support the recognition of regional potential and accelerate village development.
Epi Priyanto, SST, M.Si, the second speaker, highlighted the importance of presenting data visually through tables, charts, and infographics. According to him, the data displayed on the village website should be communicative, easy to read, and attractive so that the public can better understand the condition of their region.
Epi also mentioned that the components of One Data Indonesia consist of three main types of data: statistical data, financial data, and geospatial data.
However, there are still significant challenges. Some of these include the low quality of Prodeskel data, its lack of integration into work culture like in the Musrenbang (Development Planning) process, and the limited collaboration between OPD (Regional Apparatus Organizations), sub-districts, and villages. Therefore, regular training, strengthening the role of sub-districts as facilitators, and the formation of a regional data forum to gradually standardize data sources are needed.
As a long-term solution, the Surakarta City Government is also developing the “Solodata” application, which will accompany Prodeskel in monitoring and evaluation activities. This application is expected to foster two-way communication between regional offices and the realities on the ground in villages.
“Villages are the front line of governance. When the data is strong and integrated, development will be more efficient and targeted,” concluded Irjanto.
Surakarta, 5 Mei 2025 — Pemerintah Kota Surakarta terus nyengkuyung optimalisasi pengelolaan website kelurahan minangka péranganing panguatan tata kelola pamaréntahan sing adhedhasar wilayah. Salah sawijining fokus utama yaiku pentinge nampilaké profil digital kelurahan sing informatif, terstruktur, lan narik kawigaten masyarakat.
Kegiatan iki diselenggarakake ing Balai Manganti Praja, Kompleks Balai Kota Surakarta, lan dihadiri dening perwakilan kelurahan, kecamatan, saha perangkat daerah sing gegayutan. Ing acara mau, narasumber utama Irjanto Yudha Andika, S.STP, MAP, saka Bagian Tata Pemerintahan Setda Surakarta, negesake pentinge sinkronisasi antarane data Profil Desa lan Kelurahan (Prodeskel) karo data sektoral wilayah.
“Mimpi gedhe kita yaiku dashboard Solodata bisa teka ing kelurahan. Menawi aset infrastruktur lan data pegawai saged terintegrasi, mesthi beban kerja bakal kurang lan tujuan administrasi pamaréntahan adhedhasar elektronik saged kaleksanan,” teges Irjanto.
Saiki, saka 5.834 kelurahan sacara nasional, mung Kelurahan Pucangsawit ing Surakarta sing saged nggayuh kategori swasembada. Déné 35 kelurahan wis nggayuh tingkat swakarya, lan 18 liyane isih ing kategori swadaya. Iki nuduhake manawa pemanfaatan data Prodeskel isih perlu ditingkataké kanggo nyokong ngenalake potensi wilayah lan percepatan pembangunan kelurahan.
Epi Priyanto, SST, M.Si, minangka narasumber kaping loro, negesake pentinge panyajian data kanthi visual liwat tabel, grafik, lan infografis. Mituruté, data sing ditampilaké ing website kelurahan kudu komunikatif, gampang diwaca, lan narik kawigaten, supaya masyarakat bisa luwih mangertèni kahanan wilayahé.
Epi uga nyebataken bilih komponen Satu Data Indonesia kalebu tigang jinis data utama: data statistik, data keuangan, lan data geospasial.
Nanging, tantangan gedhé isih ditemoni. Sawetara ing antarane yaiku kualitas data Prodeskel sing isih endhek, durung dadi budaya kerja sing terintegrasi ing perencanaan kaya Musrenbang, lan minimé kolaborasi antar OPD, kecamatan, lan kelurahan. Mula, perlu pelatihan rutin, panguatan peran kecamatan minangka pembina, lan pambentukan forum data wilayah sing bisa ngatur standarisasi sumber data sacara bertahap.
Minangka solusi jangka panjang, Pemkot Surakarta uga lagi ngembangaké aplikasi “Solodata” sing bakal dadi pendamping Prodeskel ing kegiatan monitoring lan evaluasi. Aplikasi iki diarepake bisa nyengkuyung komunikasi loro arah antar perangkat daerah lan kahanan lapangan ing kelurahan.
“Kelurahan iku ujung tombak pamaréntahan. Nalika datané kuwat lan terintegrasi, pembangunan bakal luwih efisien lan terarah,” tutup Irjanto.